Menguak Situs Sejarah Sekh Silo Laut

Sosok yang menentukan tapak Istana Niat Lima Laras memutuskan bermukim di kawasan yang sekarang bernama Desa Silo Lama, berada di Kecamatan Silo Laut dan masuk wilayah Kabupaten Asahan. Dialah H. Abdurrahman Silo. Ponakan dari Panglima Putih itu berasal dari Rao Batubara, saat ini bernama Desa Tanjung Mulia, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara.
“Tahun 1916 beliau mendirikan rumah ini. Tukangnya berasal dari Tiongkok. Sama dengan yang membangun Istana Niat Lima Laras,”ungkap Ibrahim Ali Silo, 54, salah seorang cucu almarhum Tuan Sekh H.Abdurrahman Silo saat penulis berkunjung baru-baru ini.
Sebelumnya, Tuan Sekh H.Abdurrahman Silo berguru kepada H. Abdullah Pathoni di Patani-Thailand. Sejak kecil beliau dibimbing uwaknya, Panglima Putih. Bahkan, H. Abdurrahman Silo sempat menjadi guru besar di Mekkah.
Pengembangan wilayah dan syi’ar agama Islam dalam membangun peradaban dan kebudayaan di kawasan Silo Lama pun berlangsung sejak tahun 1916. Sebab itu pintu gerbang Kuala Silau dan Tambun Tulang menjadi kesohor.
Pergerakan melawan penjajah Belanda seiring oleh kemajuan Tauhid, membuat istana Tuan Sekh Silo Laut tak henti didatangi para murid dan pejuang. Oleh pertahanan yang berlapis dan lokasinya susah dijangkau, istana Sekh Silo Laut tak terjamah penjajah Belanda.
Dalam kesibukan membangun ummat dan kawasan, Sekh H. Abdurrahman Silo masih sempat melawat ke tanah suci Mekkah. Pejuang melawan penjajah dibekalinya iman dan ilmu perang yang membuat Belanda susah mengatasinya.
Di zaman kemerdekaan pun Tuan Sekh Silo Laut berperan sebagai panutan dan pemimpin spritual, sampai akhirnya digantikan salah seorang putranya, Tuan Sekh Silo Laut II, almarhum H. Muhammad Ali Silo tahun 1976.
Bukan itu saja, para pejuang Negara Kesatuan Republik Indonesia  seperti tentara yang akan pergi Operasi Militer Timor Timur juga “sowan” ke Tuan Sekh Silo Laut.
Makam Sekh Silo Laut pertama dan kedua, berlokasi persis berada dekat mesjid di samping istana. Namun kondisi istana saat ini sangat memprihatinkan, agaknya pemerintah mengabaikan keberadaan salah satu situs sejarah ini.
Sangat disesalkan, istana Tuan Sekh Silo Laut yang sederhana belum tersentuh bantuan atau perawatan instansi yang berwenang dalam peninggalan sejarah, purbakala, dan pariwisata. Berbeda dengan keberadaan istana Niat Lima Laras yang sudah beberapa kali dipugar.
“Beberapa waktu lalu ada aparat Dinas Pariwisata dating dan meminta kesediaan ahliwaris untuk pemugaran kediaman leluhur kami Tuan Sekh Silo Laut. Tapi sampai sekarang tidak jelas realisasinya,” ujar Ibrahim.
Itulah nasib istana Tuan Sekh Silo Laut, bagaikan terabaikan, apalagi sekitar sepuluh kilometer menjelang istana ini ruas jalan rusak parah. Meskipun istana dan makam Sekh Silo Laut sebagai  salah satu situs bersejarah di Kabupaten Asahan masih terabaikan, namun hingga saat ini banyak pengunjung datang, baik bertamu maupun berziarah.
 
Copyright © GOTV